by Lydia Tesaloni Mangunsong - Espos.id Teknologi - Sabtu, 29 Juli 2023 - 17:42 WIB
ESPOS.ID - Logo Tiktok. (Istimewa)
Esposin, JAKARTA-TikTok akan memasarkan secara global produk pedagang China melalui platform bernama Full-service. Platform mirip Project S ini akan menyasar pasar Amerika Serikat (AS) terlebih dulu.
Perluasan usaha e-commerce TikTok ini dikatakan mampu meningkatkan pendapatan di luar iklan. The Messenger melansir, Kamis (27/7/2023), opsi belanja online TikTok telah menghasilkan laba kotor senilai USD5 miliar atau sekitar Rp74,9 triliun tahun lalu.
Kini, aplikasi milik perusahaan China, ByteDance itu menargetkan peningkatan laba hingga USD20 miliar atau sekitar Rp299,9 triliun melalui platform yang diberi nama Full-service atau layanan penuh.
TikTok telah merambah bisnis e-commerce di seluruh negara melalui fitur TikTok Shop yang memungkinkan pengguna berjualan dan berbelanja melalui aplikasi media sosial tersebut
TikTok telah merambah bisnis e-commerce di seluruh negara melalui fitur TikTok Shop yang memungkinkan pengguna berjualan dan berbelanja melalui aplikasi media sosial tersebut
Berbeda dengan TikTok Shop, TikTok Full-service merupakan platform ritel lengkap, seperti Amazon.com.
Perusahaan akan menjual inventarisnya sendiri, sebagian besar dari pabrikan China, dan menjual berbagai macam produk mulai dari gadget, perlengkapan dapur, hingga mainan.
Konsep ini sebelumnya telah diterapkan di Inggris. Melalui fitur yang disebut Trendy Beat, pengguna Inggris dapat melihat-lihat katalog dan pastinya juga membeli barang-barang yang akan dikirim langsung dari China.
Masyarakat menyebutnya dengan nama Project S. Sebagai platform media sosial, TikTok menjadi lebih unggul ketimbang platform e-commerce lain, bahkan juga platform ritel seperti Amazon.
Hal ini karena perusahaan memiliki data pola aktivitas masyarakat sehari-hari yang bisa digunakan untuk memetakan algoritma iklan bahkan produksi produk. Perusahaan dapat mengetahui produk-produk yang sedang atau akan populer di wilayah tertentu dan memproduksinya di China untuk kemudian dijajaki di platform TikTok sendiri, yang mana nantinya akan menambah keuntungan yang masuk ke kantong perusahaan.
Untuk negara-negara seperti Inggris dan AS, konsep demikian mungkin tidak berimplikasi signifikan terhadap negara. Namun, Indonesia sebagai negara yang menggantungkan pertumbuhan ekonominya di sektor UMKM mungkin akan sangat terdampak. Indonesia menjadi negara kedua yang memiliki jumlah pengguna TikTok terbanyak di dunia, setelah AS di urutan kesatu, menurut laporan We Are Social.
TikTok telah banyak menghimpun data pengguna Indonesia dan dapat memanfaatkannya untuk konsep platform terbarunya. Namun, belum ada tanda-tanda TikTok akan meluncurkan platform ini di Indonesia.
Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul "TikTok Bakal Luncurkan Platform Jualan Produk China di AS"