Alat tepat guna tersebut dibuat sendiri dengan berbahan dasar lempengan besi. Mesin tersebut terdiri atas dua bagian, yakni dinamo dan wadah pemecah kulit kacang yang terdapat pisau khusus.
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
Dinamo yang dipakai sebagai penggerak utama mesin tersebut bertenaga 0,5 tenaga kuda. Sedangkan pisau yang dipakai berbentuk tabung dengan diameter sekitar 9 Sentimeter (cm). Sisi luar pisau tersebut dibuat tidak rata, yakni ditambah dengan pipa kecil seperti ruji.
Salah satu siswa, Dhanu A, memaparkan sistem kerja dari mesin tersebut sangat sederhana. Awalnya, dinamo yang bersumber dari tenaga listrik tersebut dihidupkan. Kemudian, karet yang menghubungkan antara motor dengan pisau pengupas kacang berputar.
Secara perlahan, kacang tanah dituangkan sedikit demi sedikit ke dalam wadah khusus yang ada di alat tersebut. Kacang yang telah melewati pisau akan otomatis kulitnya terkupas dan keluar bersama isinya.
Dalam 30 menit, menurutnya, mesin tersebut bisa mengupas sekitar 30 Kg kacang. "Namun, ada syaratnya yaitu kacang tanah harus kering dan tidak bisa kalau masih basah," katanya kepada Espos di Klaten belum lama ini.
Dia mengaku alat yang diciptakan dia dan teman-temannya ini masih memiliki kelemahan yaitu kulit dan isi kacang keluar secara bersamaan di tempat yang sama. "Kulit dan isi kacang keluar bareng, jadi harus dipisahkan secara manual," ungkapnya.
Guru Teknik Pemesinan, SMK Tunggal Cipta Manisrenggo, Sartono, mengatakan keunggulan menggunakan mesin tersebut yakni lebih cepat dan efisien karena mengurangi tenaga manusia yang dikeluarkan. Menurutnya, alat tersebut cocok untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Pasalnya, listrik yang digunakan juga tidak terlalu memerlukan energi besar.
Lebih lanjut, dia mengatakan alat sejenis pengupas kacang pernah dibuat alumni sekolah setempat pada 2006. "Namun, alat yang dibuat masih tidak sempurna karena kacang yang dibuat isinya pecah bersama kulitnya. Kemudian, pada 2011 alatnya dikembangkan dan berhasil hingga sekarang," katanya.
Andai dijual, sambung dia, alat tepat guna tersebut dihargai Rp4,5 juta. Sayangnya, alat tepat guna tersebut belum dipatenkan, sehingga khawatir dijiplak saat berada di pasaran.