Esposin, JAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap bahwa material logam tanah jarang (LTJ) berpotensi dikembangkan sebagai energi baru dan terbarukan (EBT) untuk mendukung terwujudnya nol emisi karbon di Indonesia pada 2060.
“Untuk sektor EBT, material LTJ ini dapat digunakan sebagai bahan pembuatan solar cell (panel surya), rechargeable battery (baterai isi ulang), dan fuel cell (sel bahan bakar),” kata Peneliti
Promosi Dukung Perkembangan Industri Kreatif, BRI Gelar Kompetisi Creator Fest 2024
Pusat Riset Material Maju (PRMM) BRIN Jarot Raharjo pada seminar daring "Materi Lokal untuk mendukung Net Zero Emission” yang dipantau di Jakarta, Kamis (3/10/2023).
Jarot menyatakan bahwa salah satu contoh pemanfaatan fuel cell adalah program Energy Farm (Ene-Farm) yang dijalankan di Jepang sejak 2009.Ene-Farm menggunakan solid oxide fuel cell atau polymer electrolyte membrane fuel cell untuk mengubah hidrogen maupun bahan bakar lainnya menjadi sumber listrik dan panas bagi rumah tangga.
LTJ, kata Jarot, juga dapat diproses terlebih dahulu menjadi advanced material (material maju) sebelum digunakan untuk membuat berbagai perangkat yang menggunakan maupun menghasilkan energi bersih, seperti kendaraan listrik, baterai kendaraan listrik, dan turbin angin.
Salah satu sumber LTJ adalah pasir monasit yang merupakan sisa hasil pengolahan timah dan Indonesia diperkirakan memiliki potensi sekitar 1,5 miliar ton pasir monasit yang tersebar di Bangka Belitung, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Oleh karena itu, kata sang peneliti, BRIN bekerja sama dengan berbagai pihak, terutama dari sektor industri, untuk memberikan nilai tambah pada material LTJ.
Salah satu kerja sama yang mereka lakukan ialah mengubah pasir monasit menjadi LTJ hidroksida, LTJ oksida dan LTJ logam.
Pengembangan LTJ tersebut dilakukan oleh Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) BRIN, Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) BRIN, serta Balai Besar Pengujian Mineral dan Batubara (tekMIRA) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Sedangkan Pusat Riset Material Maju (PRMM) BRIN telah mengaplikasikan LTJ pada pengembangan prototipe radar-absorbing material serta sensor gas beracun.
Selain itu, Jarot mengatakan bahwa BRIN juga melakukan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan LTJ untuk pembuatan baterai, mesin MRI, permanent magnet, serta solid oxide fuel cell.
“Kemudian terakhir mengenai studi kelayakan pengolahan mineral radioaktif untuk industri berbasis LTJ serta demo plan REOH3 dan REO2 juga sedang dijajaki kerja samanya dengan Rekind (PT Rekayasa Industri) dan PT Bersahaja,” ujarnya.